Any experience of Swift Cover Car Insurance???

I am with Diamond at present and despite being with them for 6years and having 5years NCB their renewal quote is very high. I am potentially downgrading from a 2.8 TDX 4x4 to a 1.2 SXi Corsa and the…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Marsinah and The Pride She Brings Along

Perempuan dan dunia kerja. Di abad 21 hubungan keduanya seakan tidak bisa terpisahkan. Meski demikian, bukan berarti tidak ada perdebatan di dalam relasi tersebut. Mulai dari hal mendasar seperti, “bolehkah perempuan bekerja?”, sampai kepada permasalahan kekerasaan, dan ketidaksetaraan dalam lingkungan kerja untuk perempuan seringkali menjadi tema perbincangan panas di berbagai ruang diskusi. Fenomena perjuangan kaum pekerja perempuan ini tidak terbatas di negara yang acap kali dianggap lebih liberal. Di Indonesia sendiri, banyak perempuan yang ikut ambil suara dan berjuang secara aktif untuk membela kaumnya, kaum pekerja, dan kaum perempuan serta irisan antara keduanya.

8 Februari 1993. Hampir 27 tahun berlalu, kisah hidup seorang gadis pemberani yang bahkan belum genap seperempat abad umurnya terpaksa berakhir. Adalah Marsinah, salah satu perempuan paling berani dalam sejarah di Indonesia. 27 tahun lalu perempuan pemberani yang meneriakkan hak-hak kaumnya dipaksa menjemput ajalnya. Entah siapa yang menjadi otak dan dalang dari kepergian Marsinah, hingga kini masih belum terungkap.

Negeri ini ditahan dan ditawan dalam rezim yang menekan rakyat selama berpuluh-puluh tahun. Buruh adalah salah satu kelompok yang paling mendapat penekanan kala itu. Marsinah, satu di antara sekian buruh yang berusaha mendapatkan kembali haknya, bergerak menjadi gardu terdepan pergerakan buruh saat itu.

Marsinah adalah seorang buruh yang bekerja di PT. Catur Putera Surya (CPS), sebuah pabrik arloji yang terletak di Jawa Timur. Buruh-buruh di tempat Marsinah bekerja hanya digaji sebesar Rp 1.700 per bulan, lebih rendah Rp 550 dari kebijakan pemerintah. Negosiasi antara buruh dan pemilik modal berjalan tidak mulus. Pemogokan kerja menjadi jalan pertama yang diambil oleh Marsinah dan rekan-rekannya. Mereka dipaksa melawan, demi tidak ditawan. Dengan bekal setangkup doa yang senantiasa mengiringi, tak gentar hatinya dan tidak mundur langkahnya. Kakinya terus melangkah maju, mendobrak sambil mengacungkan tuntutan-tuntutannya yang dianggap angin lalu.

Marsinah dan kawan-kawan buruhnya menuntut 12 hak dasar yang seharusnya bisa dipenuhi para elite penguasa. Hak dasar tersebut meliputi kenaikan upah sesuai ketentuan, tunjangan cuti haid, asuransi kesehatan buruh, THR sesuai ketetapan pemerintah, uang makan sebagai kebutuhan primer, uang transport, tunjangan cuti hamil yang memang seharusnya diberikan, kesetaraan upah karyawan, pembubaran Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI), dan pelarangan pemilik modal melakukan intimidasi pada buruh-buruhnya. Tuntutan ini sebenarnya tengah mengamankan hak asasi buruh sebagaimana manusia pada umumnya — bukan mesin gratisan untuk kerja rodi.

Sumber foto: Zaki Alfarabi/Detikcom

Revolusi kaum proletar menjadi istilah penuh harapan tidak berhasil kala itu. 13 rekan Marsinah dipaksa mundur dari pekerjaannya karena menuntut hak memang yang seharusnya menjadi milik mereka. Berang, Marsinah menentang keputusan sepihak perusahaan tersebut. Marah, Marsinah mempertanyakan tindakan tersebut. Meski berani ia berlari, nyatanya dicegah perih peri. Meski ia cuma sosok perempuan yang ditindas di antara mereka yang bersenjata dan berkuasa, tak goyah Marsinah tak kecut nyali.

Keberanian Marsinah saat itu tidak cukup untuk melawan kekuasaan yang merajai negerinya. Marsinah hilang di tanggal 6 Mei 1993. Dua hari setelah menghilangnya Marsinah, jasad perempuan tangguh itu ditemukan dengan luka-luka yang tak biasa — berat dan teraniaya. Napasnya tidak hanya direbut paksa, Marsinah juga diduga mengalami kekerasan menjelang ajalnya. Fisik, batin, dan seksual, ketiga kekerasan itu harus dialami Marsinah atas nama perjuangan. Marsinah gugur karena bagi penguasa saat itu kestabilan adalah yang nomor satu dan kesejahteraan hidup mereka yang di bawah adalah tidak perlu. Nyawa Marsinah dirampas dan dikubur dalam diam.

Perginya Marsinah meninggalkan duka pada mereka yang mengenalnya, yang tidak mengenalnya, bahkan generasi berikutnya yang baru mengetahui kisahnya. Kepergian Marsinah seolah-olah meredam paksa sepercik api negeri dan memantik jutaan lainnya. Amarah yang timbul setelah kepergian Marsinah menjadi bukti, bahwa revolusi yang dianggap mati akan selalu kembali dan hidup lagi. Membawa dan mendorong Marsinah-Marsinah lainnya ke hadapan praja. Marsinah telah tiada, tapi api dan semangat juangnya tidak pernah pudar.

Masih terpatri dalam memori bagaimana cara penguasa pada saat itu mengandalkan rasa takut untuk mempertahankan mahkota di kepalanya. Kekerasan seksual dan penindasan menjadi alat yang paling sering digunakan untuk mengontrol rasa takut itu. Menentang suatu kebijakan dan menuntut hak dipandang setara dengan menentang pemimpin dan kekuasaannya. Tanpa ampun, para pejuang keadilan dan hak manusia kala itu ditindak dan dipaksa untuk menunduk.

Marsinah bukan sekedar sosok yang berteriak dan menuntut di barisan paling depan. Marsinah bukan hanya pekerja kecil yang bisa diinjak-injak martabatnya. Marsinah bukan cuma perempuan rendahan yang dianggap tidak ada apa-apanya. Lebih dari itu, Marsinah bukan hanya sekedar simbol pergerakan kaum pekerja perempuan. Bagi banyak orang, Marsinah adalah perempuan dengan rasa bangga yang tidak akan pernah reda. Marsinah adalah harga diri yang tidak akan lagi sunyi.

Penulis: Lintang Dhana

Editor: Meta

Add a comment

Related posts:

Top MindInventory alternatives for your business!

If you want to transform your idea into reality, AppsRhino is the perfect place for you! The Developers and Designers are highly dedicated to their job and give 100% to the project. Your Mobile or…

UNIQUENESS GUARANTEED

Each Niftymoji is engraved with a unique emoji and power+luck scores which are dynamically generated on-chain. Niftymojis are distributed randomly as users purchase and mint a new MOJI. Lucky users…

To Trev Reacts

I would encourage you all to read Trev’s article so you can get a bit more clarity on what I am about to discuss. He had some really good questions that I just felt very strongly needed to be…